
Multi Proaktif. Com – Deliserdang – Usaha keripik singkong masih cukup menjanjikan sebagai peluang usaha. Dengan modal yang relatif kecil dan potensi pasar yang luas, usaha keripik singkong bisa menjadi pilihan menarik, terutama bagi pemula.
Meskipun ada tantangan seperti persaingan dan fluktuasi harga bahan baku, dengan strategi yang tepat, usaha ini bisa memberikan keuntungan yang lumayan.
Peluang bisnis rumahan ini ditangkap ibu Kiki Indah Astuti, 49 tahun salah seorang ibu rumah tangga sebagai income (penghasilan) tambahan bagi keluarga.
Ibu Kiki melihat keripik singkong memiliki target pasar yang luas, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, serta dapat dijual di berbagai tempat seperti warung, toko oleh-oleh, hingga supermarket.
Selain itu, bahan bakunya juga mudah didapat. Singkong sebagai bahan baku utama mudah ditemukan dan harganya relatif terjangkau, sehingga biaya produksi bisa ditekan.
Sebagai bisnis berkatagori Usaha Kecil dan Menengah (UKM), keripik singkong memiliki peluang untuk melakukan inovasi rasa dan kemasan agar produknya lebih menarik dan mampu bersaing di pasaran.
Hal itulah yang membuat produk home industrinya dikemas secantik mungkin dengan kotak plastik yang diberinya label KERIPIK TAMORA.
Sebagai istri dari seorang ASN (Aparatur Sipil Negara), Ibu Kiki ternyata tidak mau berpangku tangan. Ia turut membantu biaya keluarga dan pendidikan anak anaknya melalui membuat keripik singkong.
Keripik singkong yang diproduksi di dapur Aufa, Desa Limaumanis, Pasar 14, Gang Rezeki nomor 70 A. Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara itu diberinya dengan label KERIPIK TAMORA.
Dikatakan ibu Kiki, di lingkungan Pemkab Deliserdang, KERIPIK TAMORA ini sudah tidak asing lagi. Cemilan ringan ini telah memiliki pelanggan tetap.
Di kalangan pegawai Pemkab Deliserdang keripik singkong Tamora telah dikenal. Banyak diantara pegawai telah berlangganan. Mereka umumnya mengorder atau pesan sama suami. Nanti setelah pulang kerja, suami menyampaikannya, kemudian besok pagi di bawa ke Pemkab untuk dibagikan,” ucap Ibu Kiki yang enggan menyebutkan nama sang suami.
Menurut Ibu Kiki, satu hari keripik singkongnya bisa terjual sampai 200 bungkus. Semuanya dijual berdasarkan order atau pesanan para pegawai dan non pegawai.
Satu hari bisa mencapai 200 bungkus. Dan ini semuanya dijual atas permintaan atau pesanan pelanggan kita. Harganya Rp 10.000 perbungkus dengan berat 150 gram yang dikemas dengan kotak plastik sebagai pembungkus,” tutur ibu Kiki.
Mengenai pemasaran, kata ibu Kiki pihaknya saat ini masih berdasarkan pesanan. Tetapi ia juga berniat ingin menaruhnya di warung-warung atau cafe.
Mengenai pemasaran masih berdasarkan pesanan. Memang ada sih niat untuk menaruhnya di warung dan rumah makan serta keliling instansi dan dinas di Pemkab Deliserdang. Karena belum semua dinas yang dimasuki. Tapi belum ketemu orang yang pas untuk disuruh keliling. Sementara anak anak masih sekolah,” ujar ibu Kiki seraya menghitung kotak plastik yang baru di pesannya dari pabrik pembuat kemasan keripik singkongnya.
Beberapa pegawai yang berlangganan keripik singkongnya TAMORA ketika ditanya wartawan mengaku rasanya enak dan tidak terlalu pedas.
Memang enak koq rasanya. Selain gurih, juga tidak terlalu pedas. Kombinasi dari rasa asin, gurih, manis dan pedas. Cocok untuk ukuran lidah Sumatera Utara,” ucap Eka salah seorang pegawai di Dinas Perhubungan.
Nada yang sama juga disampaikan Aditya Munarman. Menurut Aditya, keripik TAMORA cukup gurih. Berbeda dengan keripik singkong lain yang selama ini ia beli.
Beda dengan keripik singkong yang saya beli selama ini. Terkadang agak alot ubinya dan rasanya juga terlalu pedas. Rasa seperti itu tidak nikmat bila dimakan diwaktu cuaca panas,” pungkas Munarman. (Tom)