
Multi Proaktif. Com – Deliserdang – Suasana pagi yang semula ramai di depan Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara, Jalan Pasar V, Desa Medan Estate, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang, mendadak berubah menjadi kepanikan dan duka mendalam. Seorang sopir angkot bernama Efrianto Situmorang (57) ditemukan tergeletak tak bernyawa di tepi jalan, Senin pagi, 12 Oktober 2025, sekitar pukul 08:15 Wib.
Menurut keterangan saksi yang merupakan anak korban, pagi itu Efrianto sedang mengemudikan angkot trayek UNIMED nomor 74 seperti biasanya. Namun, tak lama setelah tiba di depan Kampus UIN, kendaraannya mengalami kerusakan dan terbakar pada bagian baterai. Dengan sigap, Efrianto keluar dari angkot untuk mengambil air guna memadamkan api kecil yang muncul dari mesin.
Namun takdir berkata lain. Saat hendak kembali ke mobilnya, Efrianto tiba-tiba jatuh dan mengalami sesak napas hebat. Warga yang berada di sekitar lokasi segera berusaha menolong, tetapi nyawa sang sopir tak tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di tempat, meninggalkan kepanikan dan isak tangis anaknya yang menyaksikan peristiwa memilukan itu.
Menurut penuturan keluarga, Efrianto diketahui memiliki riwayat penyakit jantung dan sesak napas. Mereka menduga penyakit itulah yang menjadi penyebab kepergiannya secara mendadak di tengah kepanikan akibat kebakaran kecil di angkotnya. Jenazah korban kemudian dievakuasi menggunakan ambulans Desa Medan Estate menuju Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Dusun IV, Desa Medan Estate, R Silalahi, yang turut hadir di lokasi bersama pihak keluarga menyampaikan rasa duka yang mendalam atas musibah tersebut. “Beliau dikenal sebagai sosok pekerja keras dan ramah. Kami turut berduka cita sedalam- dalamnya,” ujarnya dengan nada haru.
Situasi di lokasi kejadian sempat menyedot perhatian warga dan mahasiswa yang melintas di depan kampus. Aparat kepolisian dari Polsek Medan Tembung yang dipimpin oleh Ipda L Hutasoit segera tiba di tempat untuk melakukan olah TKP dan memastikan tidak ada unsur kekerasan dalam peristiwa tersebut.
Kini jasad Efrianto Situmorang telah dibawa ke rumah duka di Jalan Peratun, Dusun VIII, Desa Medan Estate. Disana, keluarga, kerabat, dan rekan-rekan sesama sopir angkot tampak berdatangan untuk memberikan penghormatan terakhir. Diantara isak tangis yang mengiringi, tampak wajah sang anak yang masih syok memandangi foto ayahnya — sosok sederhana yang pergi begitu cepat di tengah perjuangannya mencari nafkah.
Kematian Efrianto bukan sekadar berita duka, melainkan potret getir kehidupan rakyat kecil yang berjuang tanpa kenal lelah di jalanan kota. Di balik kemudi angkot yang setiap hari mengantarkan orang lain ke tujuan, ia sendiri berpulang ke keabadian di tengah tugasnya, meninggalkan pelajaran tentang kerja keras, tanggung jawab, dan betapa tipisnya batas antara hidup dan maut. (Tom)