
Multi Proaktif. Com – Deliserdang – Kemacetan yang sering terjadi di Simpang Empat Kayu Besar (SKB) dan pintu tol Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, sebenarnya “proyek siapa” ?
Demikian sepenggal pertanyaan Tokoh Pemuda Sumatera Utara, Natan Ginting didampingi Kang Regar Ban disela-sela melintas di lokasi macet tersebut, dan mereka menjadi korban macet, Sabtu (12/10/2024).
Natan Ginting mengatakan, hampir setiap hari dirinya menjadi korban macet jika berangkat dan pulang kerja. Pokoknya sering terlambat.
Persimpangan empat di SKB tersebut ditutup pihak yang berwenang atau pemilik lalulintas jalan. Semua kendaraan hanya dua arah. Contohnya kendaraan dari arah Lubukpakam menuju Medan, begitu juga sebaliknya. Kendaraan dari arah Jalan Batangkuis menuju Medan harus terlebih dahulu menuju Lubukpakam. Dan kendaraan dari arah Limau Manis harus terlebih dahulu menuju arah ke Medan. Pokoknya semua kendaraan harus mutar arah dahulu.
LAMPU TRAFFIC LIGHT
Padahal di persimpangan SKB tersebut sudah selayaknya dipasang lampu pengatur lalu lintas (lampu traffic light) oleh pihak perhubungan untuk mengatur lancarnya arus lalu lintas, kata Natan Ginting.
Sedangkan Regar Ban menambahkan, SKB salah satu pintu gerbang menuju Bandara Internasional Kualanamu (KNIA), seharusnya para “pemilik proyek” sudah bisa memasang lampu lalu lintas (lampu traffic light). Begitu juga di pintu tol Tanjungmorawa harusnya sudah ada lampu lalu lintas (lampu traffic light).
Memang diakui Regar Ban dan Natan Ginting, “jika pintu tol Tanjungmorawa dan SKB dipasang lampu pengatur lalu lintas (lampu traffic light), proyek tambah uang kantong berkurang. Jika lampu traffic light sudah ada dipasang, lantas para “polisi 2 ribu alias Pak Ogah” di persimpangan itu tidak digunakan lagi, maka proyek tambah uang kantong berkurang. Tidak ada lagi yang dibagi.”
Simpang Tol Belmera Tanjungmorawa, yang berada di depan Polsek Tanjungmorawa, adalah pintu keluar dan masuk akses kendaraan dari maupun ke luar kota, jarang mengalami kemacetan. Namun, Sekarang, kemacetan sangat luar biasa, setiap hari dengan panjangnya sampai 3 kilometer.
Dugaan pemicu kemacetan yang ditimbulkan karena tingginya arus lalulintas dan ditambah pak ogah, yang membuat semakin kacau Lalulintas terutama di jam sibuk atau padat.
Natan Ginting dan Regar Ban berharap, pentingnya penanganan yang tepat dari pihak terkait (pemegang proyek) untuk mengatasi kemacetan ini.
Kemudian, instansi terkait sepertinya “memelihara” kemacetan di SKB dan pintu tol Tanjungmorawa Kabupaten Deliserdang itu. Alasan pun sering terjadi. Aliran air parit meluap ke jalan dan terjadi banjir, kemacetan pun terjadi. Kemudian, alasan gorong-gorong terlalu kecil, dan tidak bisa menampung air parit, maka air parit pun meluap ke badan jalan.
Sebenarnya hal seperti itu sudah menjadi “lagu lama dikalangan pemilik proyek” di seputaran SKB dan pintu tol Tanjungmorawa. Padahal sudah bertahun-tahun hal ini terjadi, tapi sampai kapan bisa diperbaiki dan lalulintas pun lancar. Mimpi lah dapat diperbaiki, kata Regar berlalu. (Tom)