![]()
Multi Proaktif. Com – Deliserdang – Kanker kolorektal, yang dikenal sebagai kanker usus dan terjadi di usus besar, rektum, atau usus buntu, merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjadi beban kesehatan global. Di negara berkembang, sekitar 60 persen kasus kanker kolorektal berakhir pada kematian, menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini.
Fakta ini disampaikan oleh dr. Asri Ludin Tambunan M.Ked (PD), Sp.PD-KGEH, pada kegiatan Edukasi Kanker Kolorektal dalam rangka Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Program Studi S3 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di Jambur Desa Gunung Meriah, Kabupaten Deliserdang, Jumat (21/11/2025).
Dalam penyampaian materinya, dr Asri Ludin Tambunan menjelaskan bahwa kanker kolorektal adalah kanker paling sering didiagnosis kedua pada wanita, ketiga pada pria, dan keempat secara global.
Setiap tahun lebih dari satu juta kasus baru ditemukan di seluruh dunia. Banyak pasien datang terlambat karena takut berobat atau lebih percaya pada metode alternatif,” ujarnya yang juga sebagai Ketua Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Ia menegaskan bahwa banyak penderita tidak merasakan gejala di tahap awal. “Gejalanya bisa berupa diare, sembelit, darah dalam tinja, sakit perut, penurunan berat badan, hingga kelelahan. Ketika penanganan terlambat, hasil terapi biasanya juga kurang optimal dan berdampak pada kesejahteraan serta kondisi ekonomi keluarga,” jelasnya.
Ia berharap edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait risiko, gejala, dan urgensi deteksi dini penyakit berbahaya. dr. Asri yang juga merupakan Bupati Deliserdang ini juga menekankan komitmen penyebaran edukasi yang lebih luas agar pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin.
Sementara itu, dr Frenky J. Manurung, MARS, M.Ked (PD), Sp.PD memaparkan bahwa pola makan tinggi daging olahan merupakan salah satu faktor risiko utama.
Kurangnya konsumsi buah dan sayur, gaya hidup tidak sehat, obesitas, merokok, serta konsumsi alkohol berlebih sangat berkontribusi terhadap perkembangan kanker kolorektal,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kanker kolorektal adalah kanker ketiga paling umum di dunia, mencakup sekitar 10 persen dari seluruh kasus kanker, dan menjadi penyebab kematian terkait kanker kedua secara global, terutama menyerang masyarakat berusia 50 tahun ke atas.
Tingkat kewaspadaan harus ditingkatkan. Skrining adalah kunci. Pemeriksaan seperti FOBT, sigmoidoskopi fleksibel, kolonoskopi, hingga kolonoskopi virtual dapat membantu mendeteksi kanker lebih awal,” pungkasnya.
dr Frenky juga menerangkan bahwa dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pasien yang diskrining secara teratur dan setiap tahun memiliki kemungkinan 33 persen lebih kecil untuk meninggal akibat kanker kolorektal dibandingkan dengan mereka yang tidak diskrining. (Tom/rel)
