Multi Proaktif.Com -Jakarta – •Pendiri perusahaan logistik J&T, Jet Li dan Tony Chen menjadi konglomerat baru di China berkat pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO). Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Jet Li meroket menjadi US$1,5 miliar atau setara dengan Rp24 triliun bila menggunakan kurs JISDOR Rp15.941.
Li yang memiliki 11% saham di J&T, adalah miliarder Tiongkok terbaru yang tercipta berkat lonjakan belanja online dalam dua dekade terakhir. Dengan demikian, Li kini bersanding dengan konglomerat lain seperti Anthoni Salim, Low Tuck Kwong dan Hartono Bersaudara yang juga dari Asia Tenggara. Li yang kini menginjak usia 48 tahun memulai J&T setelah menghabiskan lebih dari 15 tahun pada perusahaan pembuat ponsel pintar asal China yakni OPPO. Dia membantu produsen ponsel itu memperluas operasinya di Asia Tenggara. Setelah mendirikan J&T di Jakarta pada 2015, perusahaan ini berkembang ke seluruh wilayah dan kemudian merambah ke China pada 2020. Pada tahun 2022, J&T mewakili lebih dari 20% pangsa pasar industri pengiriman ekspres di Asia Tenggara dan menangani lebih dari tiga kali.
Ekspansi cepat J&T menarik sekelompok investor ternama, termasuk Tencent Holdings Ltd., SF Express, Sequoia Capital, dan mantan perusahaan Li, OPPO. BACA JUGA IPO J&T di Hong Kong Disinyalir Langgar UU Investasi Indonesia IPO J&T di Hong Kong, Buah Persahabatan Jet Lee dan Tony Chen Membedah IPO J&T di Hong Kong, Ada Potensi Langgar Aturan di Indonesia? Kehadiran J&T di Tiongkok juga semakin berkembang. Lebih dari separuh pendapatan perusahaan sebesar US$7,3 miliar pada 2022 berasal dari bisnis di dalam negeri, melampaui Asia Tenggara sebagai wilayah terbesarnya. Kekayaan Li bahkan menyalip koleganya sesama pendiri J&T, Tony Chen yang menurut Bloomberg memiliki harta senilai Rp17,5 triliun. Tony bersama istrinya Liang Xiaojing masing-masing menggenggam 4,2% saham dan 3,&% saham di J&T. Mereka sebelumnya sama-sama bekerja di perusahaan pembuat smartphone Oppo. Jet Lee pernah menjabat sebagai CEO Oppo Indonesia, sementara Tony Chen merupakan pendiri dan CEO Oppo Co. Ltd. “Pada 2015, Jet Lee dan Tony Chen mendirikan J&T Express dengan bermodalkan pengalaman mereka dalam distribusi. Mereka membangun jaringan logistik masif di seluruh Asia Tenggara yang menargetkan bisnis e-commerce yang tengah berkembang pesat,” tulis Nikkei Asia dalam artikel pada Maret 2022.
J&T Express tidak hanya fokus di Indonesia dan bergegas ekspansi dengan masuk ke Malaysia dan Vietnam pada 2017. Penetrasi berlanjut ke Filipina pada 2018, kemudian disusul operasional di Singapura dan Kamboja pada 2019. Ambisi J&T selanjutnya mengarah ke pasar logistik China yang bernilai hingga US$3 triliun. Mereka resmi masuk ke arena persaingan pasar Negeri Panda pada Maret 2020, bertepatan dengan geger Covid-19 di Wuhan. J&T harus bersaing dengan perusahaan lokal seperti S.F. Holding, ZTO Express, hingga mesin logistik milik Alibaba Group, JD.com. Strategi yang diterapkan J&T di China serupa dengan yang ia lakukan di Asia Tenggara, menyasar kota-kota lapis 2 dan 3, investasi besar, dan kebijakan harga yang agresif. J&T beroperasi di China dengan merek ‘Jitu’ yang memiliki arti ‘kelinci cepat’. Mereka menggandeng Oppo sebagai mitra pertamanya di China. Oppo dikabarkan juga menyuntik dana untuk J&T divisi China meski jumlahnya tidak diungkap. Strategi J&T berbuah manis. Mereka tercatat mengirimkan lebih dari 20 juta paket per hari menurut data per Januari 2021. Volume itu menempatkan mereka sebagai penguasa 10 persen pangsa pasar logistik China. Biaya jasa pengiriman Jitu juga terbilang lebih murah daripada pesaingnya seperti YTO dan STO.
(Bc/rl)